Selasa, 24 Maret 2015

Ethos Kerja Profesional

Tugas 2
ETIKA KOMPUTER
(Ethos kerja professional)








Anggota :
Harman Tungorono                         (12 111 0563)
Muhammad Zaidi Efendi                (12 111 0595)
Gesafito Tandianus                           (12 111 0563)
Yosia Prabowo                                   (12 111 0554)





SEKOLAH TINGGI INFORMATIKA DAN KOMPUTER INDONESIA
STIKI
Jl. Raya Tidar 100, Malang 65146, telp. (0341) 564006







Ethos kerja professional
Etos berasal dari kata yunani  yang berarti sederhana, dalam sebuah definisi baru etos kerja berarti seperangkat perilaku kerja positif yang berakar pada kesadaran yang kental,keyakinan yang fundamental,disertai komitmen yang total pada paradigma kerja yang integral. Untuk menuju sebuah kesuksesan diperlukan berbagai macam rumusan dan syarat,salah satunya adalah dengan 8 etos kerja. Yaitu;


Etos 1: Kerja adalah Rahmat;
Aku Bekerja Tulus Penuh Kebersyukuran, Rahmat adalah pemberian baik yang kita terima bukan karena jasa atau prstasi kita, tetapi karena kebaikan sang pemberi. Jadi, respons yang tepat hanyalah bersyukur dan berterimakasih Kerja adalah rahmat, maka harus disyukuri setidaknya karena dua alasan. Pertama, kerja secara hakiki adalah rahmat Tuhan; lewat pekerjaan hidup kita dipelihara-Nya. Kedua, di samping upah finansial kita juga menerima banyak sekali faktor plus dari pekerjaan, misalnya kesempatan belajar, mengunjungi negeri asing, membangun relasi dengan banyak orang, dan sebagainya. Faktor-faktor plus ini pun adalah rahmat juga. Karena itu kita akan tergerak untuk bekerja dengan hati yang ikhlas dan tulus. Bekerja tidak sambil bersungut-sungut, wajah merengut, bibir mengeluh, mulut mengaduh, serta hati menggerutu dan mengomel; karena kita sadar bekerja adalah bentuk terima kasih kita kepada Tuhan, negara, atau pemilik perusahaan dan manajemen yang telah membuka lapangan kerja.Kita telah lebih dahulu menerima dengan limpah, maka kita pun patut bekerja dengan rasa syukur yang berlimpah pula. Menyadari bahwa rahmat selalu melimpah, kita pun terimbas untuk bermental limpah terhadap sekeliling kita, sehingga lama-kelamaan akan membentuk karakter limpah ruah (abundance character). Penampakannya bermacam-macam: senang menolong, tak kenal pelit, tak takut kekurangan, selalu merasa ada alternatif, mampu member kemudian menerima, bersedia menabur kemudian menuai, bersikap kontributif dan positif.
Orang berkarakter limpah ruah memiliki jiwa besar karena sadar bahwa Sang Maha Pemberi selalu memberkati kita dengan limpah. Dengan jiwa besar, hati bersyukur, dan jiwa besar kita selalu diliputi sukacita dan rasa bahagia. Sukacita kerja pada gilirannya membuat kita selalu produktif, bebas dari perasaan tertekan, sehingga mampu menjadi aktor positif dalam menciptakan suasana kerja yang ceria dan gembira, serta selalu menjadi protagonis dan tak pernah antagonis.
Etos 2: Kerja adalah Amanah;
 Aku Bekerja Benar Penuh Tanggung Jawab, Amanah adalah titipan berharga yang dipercayakan pada kita. Melalui kerja kita menerima banyak amanah sehingga wajiblah kita bekerja dengan benar penuh tanggung jawab. Pemilik modal menitipkan usahanya, manajemen mempercayakan tugas-tugas manajerial, pelanggan mengandalkan kontinuitas pasokannya, dan pemasok mempercayakan barangnya dengan pembayaran kemudian. Keluarga juga menitipkan amanah: agar kita selalu membawa pulang nafkah halal setiap hari ke rumah melalui pekerjaan yang baik dan positif. Kita juga menerima pekerjaan sebagai amanah dari negara, bangsa, dan Tuhan kita. Pendeknya, banyak kebutuhan pihak lain, yakni para konstituen-klien-pelanggan dipercayakan pada kita. Konsekuensi moralnya, kita dituntut melaksanakan amanah tersebut dengan sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya; tidak boleh dikorupsi, dimanipulasi, dikurangi, atau dicuri. Kejujuran dan integritas menjadi sangat pokok dalam pelaksanaan amanah.
Sebagai pemegang amanah kita harus tepercaya (andal secara moral) dan kompeten (andal secara teknis) dalam pelaksanaan amanah tersebut. Konsekuensi logisnya: kita akan bekerja dengan sistematik dan terencana dan rencana kerja tersebut kita kerjakan dengan saksama hingga tuntas: tidak boleh menunda-nunda dan semena-mena, melainkan merampungkannya sampai beres dengan benar. Jika seseorang mampu bekerja penuh amanah, maka secara psiko-spiritual akhlak tepercaya penuh kompetensi semakin terbentuk kuat dalam dirinya. Di pihak lain, sepasang akhlak ini menjadi jaminan sukses bagi pelaksanaan amanah itu sendiri. Dalam kondisi inilah kita berada dalam modus melakukan pekerjaan yang benar, dengan tujuan yang benar, dengan sikap yang benar, dengan metoda yang benar, serta menggunakan data yang benar pula.
Secara empiris, kita banyak melihat bahwa orang yang sukses mengemban amanah kecil akan mendapat amanah yang lebih besar. Lagi-lagi, karakter tepercaya penuh kompetensi tampil sebagai modal sukses. Boleh dikatakan, di atas karakter inilah dibangun prestasi kerja yang pada gilirannya membuat kita berharga dan dihargai para konstituen-klien-pelanggan kita.
Etos 3: Kerja adalah Panggilan Suci;
Aku Bekerja Tuntas Penuh Integritas Suci, menurut Kamus Webster, berarti diabdikan pada Yang Suci. Kerja adalah panggilan suci berarti kerja disadari dan diniatkan sebagai aktivitas yang berorientasi pada Yang Suci: kepada Tuhan dengan tiga atribut utama-Nya, yaitu kebenaran, kebaikan, dan keadilan. Penghayatan kerja semacam ini hanya mungkin terjadi jika seseorang merasa terpanggil melakukan tugas tersebut. Rasa keterpanggilan di sini selain berasal langsung dari Tuhan, juga dari instansi penuh keluhuran yang sarat mengandung kebenaran, kebaikan, dan keadilan. Dengan kesadaran bahwa kerja adalah panggilan suci maka terbitlah perasaan benar, feeling right, di hati sang pekerja. Perasaan benar ini menciptakan rasa mantap dan percaya diri yang pada gilirannya motivasi kerja yang kuat. Jadi, menuaikan kerja sebagai panggilan suci, secara internal akan membangun karakter integritas dalam diri kita. Sedangkan secara eksternal, kita dinilai sebagai orang terpercaya, sehingga semakin diandalkan oleh para klien-konstituen-pelanggan kita.
Etos 4: Kerja adalah Aktualisasi;
Aku Bekerja Keras Penuh Semangat, Di dalam dan melalui pekerjaan, kita semua mengaktualisasikan diri. Aktualisasi berarti mengubah potensi menjadi kompetensi, menjadi nyata dan aktual, dari baik menjadi terbaik: good-better-best begitulah prosesnya. Misalnya, gunung yang mengandung bijih emas dikatakan orang memendam potensi kekayaan; maka aktualisasi berarti bekerja menambang emas tersebut hingga diperoleh batangan-batangan emas yang siap jual ke pasar. Manusia pun bagaikan pegunungan besar yang mengandung potensi bio-psiko-spiritual yang menunggu penggalian dan pengembangan. Potensi ini awalnya merupakan rahmat Tuhan, sama seperti bijih emas dalam perut pegunungan itu adalah anugerah Tuhan. Potensi insani adalah raksasa tidur, benih agung yang berkarakter ilahi, artinya manusia bisa tumbuh menjadi pribadi-pribadi akbar dengan karya-karya besar. Aktualisasi potensi insani ini terwujudkan melalui bekerja yakni pengerahan energy biopsiko-spiritual secara intensif penuh intensi. Otot hanya berkembang jika dipakai secara optimal, begitu juga potensi jiwani dan rohani, mental dan intelektual, hanya bisa mekar dan berkembang melalui kerja dan pekerjaan. Secara eksternal, produktivitas  berdasarkan kompetensi yang berkualitas ini akan menjadi andalan aman bagi semua mitra kerja untuk bersinergi secara win-win dan berkelanjutan.
Etos 5: Kerja adalah Ibadah;
Aku Bekerja Serius Penuh Kecintaan, Tuhan mewajibkan manusia beribadah di dua tempat. Pertama, di gedung peribadahan seperti gereja dan kapela, masjid dan masala, kuil dan pura. Kedua, di tempat kerja. Bentuk ibadah jenis pertama adalah ritual formal dan standar, sedangkan ibadah jenis kedua adalah olah kerja yang diabdikan kepada Tuhan. Tuhan juga mengajarkan agar manusia berbuat kebaikan sebesar-besarnya dan menjauhi kekezaliman sebisa-bisanya. Yang pertama berati turut berkarya membangun perkara-perkara yang benar, baik, adil, dan ideal. Sedangkan yang kedua berarti menghindari apa saja yang destruktif, negatif, atau buruk. Kerja merupakan area nyata melaksanakan semua kebajikan dan keluhuran di atas, demi kejayaan negara, pembangunan bangsa, penegakan demokrasi, keadaban masyarakat, pemuliaan akhlak manusia, pelestarian lingkungan, penegakan keadilan, promosi perdamaian, atau peningkatan persemakmuran bersama.
Pengabdian dilakukan dengan sungguh-sungguh dan serius karena pengabdian selalu meminta kesediaan berkorban. Tetapi kita tahu: pengorbanan untuk sebuah idealism adalah juga kebahagiaan jika ia dimotivasi oleh cinta. Inilah yang memampukan kita mengatasi masalah kerja apa saja dengan tenang dan mantap, sehingga kita bisa menunjukkan loving devotion atau loving dedication pada keluhuran pekerjaan kita.
Etos 6: Kerja adalah Seni;
Aku Bekerja Cerdas Penuh Kreativitas, apa pun yang kita kerjakan mengandung unsur keindahan, keteraturan, harmoni dan simetri. Artinya, sebagian atau seluruhnya bekerja adalah aktivitas berkesenian. Kerja adalah kegiatan artistik yang mendatangkan kesukaan yang bersal dari aktivitasaktivitas yang kreatif, eksploratif, dan interaktif. Juga, karena selalu ada suasana penuh tantangan, maka ia memungkinkan sense of accomplishment. Ini menuntut pula penggunaaan kreativitas, baik dalam menyelesaikan masalah-masalah kerja tersebut maupun ketika menggagas hal-hal yang baru. Kreativitas juga dituntut dalam rangka peningkatan mutu pekerjaan pada semua aspeknya. Bekerja dalam modus berkesenian memungkinkan mengalirnya sukacita seperti anak kecil yang menemukan mainannya, sehingga kita pun akan tenggelam dalam keasyikan kerja yang positif dan produktif. Aktivitas seni juga memperkuat karakter vitalitas, yaitu semangat hidup yang menyala penuh kegairahan. Kerja yang dilakoni penuh kesukaan membuat kita dipenuhi dayacipta, ilham baru, kreasi jenius, dan gagasan inovatif. Karya-karya inovatif, produk-produk kreatif, dan pagelaran-pagelaran artistik selalu mengagumkan hati karena ia manyapa dan menggetarkan jiwa manusia yang sejatinya juga kreatif dan artistik. Sang Maha Kreatif menganugerahi kita dengan potensi kreatif  dan artistik untuk direalisasikan melalui semua aspek pekerjaan kita.
Etos 7: Kerja adalah Kehormatan;
Aku Bekerja Tekun Penuh Keunggulan, Kerja sebagai kehormatan memiliki lima arti. Pertama, pemberi kerja menghormati kita dengan memilih kita sebagai pengemban tugas. Kedua, kerja memberikan kesempatan untuk berkarya dengan kemampuan sendiri. Ketiga, hasil karya yang baik memberikan rasa hormat diri. Keempat, upah bekerja memampukan kita menjadi manusia sumber (resource person) yang andal. Kelima, kesumberan dan keandalan itu memampukan kita menyantuni keluarga, istri-anak-orang tua, sanak saudara, serta lembaga-lembaga sosial pilihan kita. Maka respon yang tepat adalah menjaga kehormatan profesi kita dengan bekerja sebaikbaiknya, secara optimal dan maksimal, dengan mutu setinggi-tingginya. Jika kita mendapat order dari pelanggan, misalnya, sesungguhnya pelanggan memberikan kehormatan untuk melayani mereka. Jika kita menjaga kehormatan ini dengan mutu memuaskan, maka kehormatan berikutnya akan kita peroleh lagi. Sebaliknya, kehormatan akan dicabut jika pekerjaan kita asal-asalan atau ala kadarnya  Bekerja unggul dengan mutu tertinggi itulah kuncinya; yang berarti the best of its kind, superior, excellent, yakni mutu yang hebat dan luar biasa. Dunia selamanya kekurangan produk-produk bermutu, manusia-manusiabermutu, manajer-manajer bermutu, guru-guru bermutu, menteri-menteri bermutu, dan presiden-presiden bermutu; segalahal yang bermutu tinggi. Inilah basis keberhasilan di dunia kita yang semakin sarat dengan kompetisi.
Etos 8: Kerja adalah Pelayanan;
Aku Bekerja Paripurna Penuh Kerendahan Hati, Secara moral, kemuliaan sejati datang dari pelayanan. Orang yang melayani adalah orang mulia. Profesi yang melayani adalah profesi mulia. Sejatinya, semua pekerjaan adalah bentuk pelayanan kita bagi para konstituen-klien-pelanggan yang sekaligus menegaskan eksistensi pekerjaan kita. Melayani adalah pekerjaan mulia. Perawat melayani orang sakit, kita sebut suster mulia. Ibu Teresa melayani kaum dhuafa India, kita sebut bunda mulia. Ulama melayani umat, kita sebut para aulia. Menteri kabinet–dalam bahasa Inggris minister adalah orang yang bertugas ’to administer’ berarti melayankan–kita sebut jabatan mulia; karena menteri memang dipanggil melayani rakyat dan negaranya. Dan sesungguhnya, apa pun pekerjaan Anda, sepanjang halal, jika diusut hingga ke akarnya, sesungguhnya eksis untuk melayani konstituen-klien-pelanggan tertentu. Artinya pekerjaan Anda adalah aktivitas yang mulia.
Di pihak lain, pekerjaan Anda harus dimuliakan melalui pelayanan agar Anda pun menjadi insan mulia, yaitu manusia pekerja yang berhati mulia. Ciri utama kemuliaan ialah karakter altruistik yang berarti tidak mementingkan diri sendiri. Lebih dari itu, altruisme berarti aktif berbuat kebajikan bagi orang lain, tanpa pamrih.
Dalam dunia yang semakin dikuasai oleh materialisme dan hedonisme yang egoistic dewasa ini, etos melayani secara altruistik menjadi sangat penting bagi kita, bukan saja sebagai strategi sukses yang sejati, tetapi juga sebagai jalan utama untuk lebih memanusiakan manusia. Dunia jelas mendambakan lebih banyak manusia mulia berjiwa melayani yang berwatak altruistik dan rendah hati.

gallery.mailchimp.com/.../File_3_Nutshel_8EK_Pro...
Diringkas dari buku Jansen Sinamo, 8 Etos Kerja Profesional. Jakarta: Institut Darma Mahardika, Cetakan ke-10, 2011