Tugas 2
ETIKA KOMPUTER
(Ethos
kerja professional)
Anggota :
Harman Tungorono
(12 111 0563)
Muhammad Zaidi Efendi (12 111
0595)
Gesafito Tandianus
(12 111 0563)
Yosia Prabowo
(12 111 0554)
SEKOLAH TINGGI INFORMATIKA DAN
KOMPUTER INDONESIA
STIKI
Jl. Raya Tidar 100, Malang 65146, telp. (0341) 564006
Ethos
kerja professional
Etos berasal dari kata
yunani yang berarti sederhana, dalam
sebuah definisi baru etos kerja berarti seperangkat perilaku kerja positif yang
berakar pada kesadaran yang kental,keyakinan yang fundamental,disertai komitmen
yang total pada paradigma kerja yang integral. Untuk menuju sebuah kesuksesan
diperlukan berbagai macam rumusan dan syarat,salah satunya adalah dengan 8 etos
kerja. Yaitu;
Etos 1: Kerja adalah Rahmat;
Aku Bekerja Tulus Penuh Kebersyukuran, Rahmat
adalah pemberian baik yang kita terima bukan karena jasa atau prstasi kita, tetapi
karena kebaikan sang pemberi. Jadi, respons yang tepat hanyalah bersyukur dan berterimakasih
Kerja adalah rahmat, maka harus disyukuri setidaknya karena dua alasan.
Pertama, kerja secara hakiki adalah rahmat Tuhan; lewat pekerjaan hidup kita
dipelihara-Nya. Kedua, di samping upah finansial kita juga menerima banyak
sekali faktor plus dari pekerjaan, misalnya kesempatan belajar, mengunjungi
negeri asing, membangun relasi dengan banyak orang, dan sebagainya.
Faktor-faktor plus ini pun adalah rahmat juga. Karena itu kita akan tergerak
untuk bekerja dengan hati yang ikhlas dan tulus. Bekerja tidak sambil
bersungut-sungut, wajah merengut, bibir mengeluh, mulut mengaduh, serta hati
menggerutu dan mengomel; karena kita sadar bekerja adalah bentuk terima kasih
kita kepada Tuhan, negara, atau pemilik perusahaan dan manajemen yang telah membuka
lapangan kerja.Kita telah lebih dahulu menerima dengan limpah, maka kita pun
patut bekerja dengan rasa syukur yang berlimpah pula. Menyadari bahwa rahmat
selalu melimpah, kita pun terimbas untuk bermental limpah terhadap sekeliling
kita, sehingga lama-kelamaan akan membentuk karakter limpah ruah (abundance
character). Penampakannya bermacam-macam: senang menolong, tak kenal pelit, tak
takut kekurangan, selalu merasa ada alternatif, mampu member kemudian menerima,
bersedia menabur kemudian menuai, bersikap kontributif dan positif.
Orang berkarakter limpah ruah memiliki jiwa
besar karena sadar bahwa Sang Maha Pemberi selalu memberkati kita dengan
limpah. Dengan jiwa besar, hati bersyukur, dan jiwa besar kita selalu diliputi
sukacita dan rasa bahagia. Sukacita kerja pada gilirannya membuat kita selalu produktif,
bebas dari perasaan tertekan, sehingga mampu menjadi aktor positif dalam
menciptakan suasana kerja yang ceria dan gembira, serta selalu menjadi
protagonis dan tak pernah antagonis.
Etos 2: Kerja adalah Amanah;
Aku
Bekerja Benar Penuh Tanggung Jawab, Amanah adalah titipan berharga yang
dipercayakan pada kita. Melalui kerja kita menerima banyak amanah sehingga
wajiblah kita bekerja dengan benar penuh tanggung jawab. Pemilik modal
menitipkan usahanya, manajemen mempercayakan tugas-tugas manajerial, pelanggan
mengandalkan kontinuitas pasokannya, dan pemasok mempercayakan barangnya dengan
pembayaran kemudian. Keluarga juga menitipkan amanah: agar kita selalu membawa
pulang nafkah halal setiap hari ke rumah melalui pekerjaan yang baik dan
positif. Kita juga menerima pekerjaan sebagai amanah dari negara, bangsa, dan
Tuhan kita. Pendeknya, banyak kebutuhan pihak lain, yakni para
konstituen-klien-pelanggan dipercayakan pada kita. Konsekuensi moralnya, kita
dituntut melaksanakan amanah tersebut dengan sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya;
tidak boleh dikorupsi, dimanipulasi, dikurangi, atau dicuri. Kejujuran dan
integritas menjadi sangat pokok dalam pelaksanaan amanah.
Sebagai pemegang amanah kita harus tepercaya
(andal secara moral) dan kompeten (andal secara teknis) dalam pelaksanaan
amanah tersebut. Konsekuensi logisnya: kita akan bekerja dengan sistematik dan
terencana dan rencana kerja tersebut kita kerjakan dengan saksama hingga
tuntas: tidak boleh menunda-nunda dan semena-mena, melainkan merampungkannya
sampai beres dengan benar. Jika seseorang mampu bekerja penuh amanah, maka
secara psiko-spiritual akhlak tepercaya penuh kompetensi semakin terbentuk kuat
dalam dirinya. Di pihak lain, sepasang akhlak ini menjadi jaminan sukses bagi
pelaksanaan amanah itu sendiri. Dalam kondisi inilah kita berada dalam modus
melakukan pekerjaan yang benar, dengan tujuan yang benar, dengan sikap yang
benar, dengan metoda yang benar, serta menggunakan data yang benar pula.
Secara empiris, kita banyak melihat bahwa
orang yang sukses mengemban amanah kecil akan mendapat amanah yang lebih besar.
Lagi-lagi, karakter tepercaya penuh kompetensi tampil sebagai modal sukses.
Boleh dikatakan, di atas karakter inilah dibangun prestasi kerja yang pada
gilirannya membuat kita berharga dan dihargai para konstituen-klien-pelanggan
kita.
Etos 3: Kerja adalah
Panggilan Suci;
Aku Bekerja Tuntas Penuh Integritas Suci,
menurut Kamus Webster, berarti diabdikan pada Yang Suci. Kerja adalah panggilan
suci berarti kerja disadari dan diniatkan sebagai aktivitas yang berorientasi pada
Yang Suci: kepada Tuhan dengan tiga atribut utama-Nya, yaitu kebenaran, kebaikan,
dan keadilan. Penghayatan kerja semacam ini hanya mungkin terjadi jika
seseorang merasa terpanggil melakukan tugas tersebut. Rasa keterpanggilan di
sini selain berasal langsung dari Tuhan, juga dari instansi penuh keluhuran
yang sarat mengandung kebenaran, kebaikan, dan keadilan. Dengan kesadaran bahwa
kerja adalah panggilan suci maka terbitlah perasaan benar, feeling right, di
hati sang pekerja. Perasaan benar ini menciptakan rasa mantap dan percaya diri
yang pada gilirannya motivasi kerja yang kuat. Jadi, menuaikan kerja sebagai
panggilan suci, secara internal akan membangun karakter integritas dalam diri kita.
Sedangkan secara eksternal, kita dinilai sebagai orang terpercaya, sehingga
semakin diandalkan oleh para klien-konstituen-pelanggan kita.
Etos 4: Kerja adalah
Aktualisasi;
Aku Bekerja Keras Penuh Semangat, Di dalam
dan melalui pekerjaan, kita semua mengaktualisasikan diri. Aktualisasi berarti mengubah
potensi menjadi kompetensi, menjadi nyata dan aktual, dari baik menjadi terbaik:
good-better-best begitulah prosesnya. Misalnya, gunung yang mengandung bijih emas
dikatakan orang memendam potensi kekayaan; maka aktualisasi berarti bekerja menambang
emas tersebut hingga diperoleh batangan-batangan emas yang siap jual ke pasar. Manusia
pun bagaikan pegunungan besar yang mengandung potensi bio-psiko-spiritual yang
menunggu penggalian dan pengembangan. Potensi ini awalnya merupakan rahmat Tuhan,
sama seperti bijih emas dalam perut pegunungan itu adalah anugerah Tuhan. Potensi
insani adalah raksasa tidur, benih agung yang berkarakter ilahi, artinya manusia
bisa tumbuh menjadi pribadi-pribadi akbar dengan karya-karya besar. Aktualisasi
potensi insani ini terwujudkan melalui bekerja yakni pengerahan energy biopsiko-spiritual
secara intensif penuh intensi. Otot hanya berkembang jika dipakai secara optimal,
begitu juga potensi jiwani dan rohani, mental dan intelektual, hanya bisa mekar
dan berkembang melalui kerja dan pekerjaan. Secara eksternal, produktivitas berdasarkan kompetensi yang berkualitas ini
akan menjadi andalan aman bagi semua mitra kerja untuk bersinergi secara
win-win dan berkelanjutan.
Etos 5: Kerja adalah Ibadah;
Aku Bekerja Serius Penuh Kecintaan, Tuhan
mewajibkan manusia beribadah di dua tempat. Pertama, di gedung peribadahan seperti
gereja dan kapela, masjid dan masala, kuil dan pura. Kedua, di tempat kerja. Bentuk
ibadah jenis pertama adalah ritual formal dan standar, sedangkan ibadah jenis kedua
adalah olah kerja yang diabdikan kepada Tuhan. Tuhan juga mengajarkan agar
manusia berbuat kebaikan sebesar-besarnya dan menjauhi kekezaliman
sebisa-bisanya. Yang pertama berati turut berkarya membangun perkara-perkara
yang benar, baik, adil, dan ideal. Sedangkan yang kedua berarti menghindari apa
saja yang destruktif, negatif, atau buruk. Kerja merupakan area nyata
melaksanakan semua kebajikan dan keluhuran di atas, demi kejayaan negara,
pembangunan bangsa, penegakan demokrasi, keadaban masyarakat, pemuliaan akhlak
manusia, pelestarian lingkungan, penegakan keadilan, promosi perdamaian, atau
peningkatan persemakmuran bersama.
Pengabdian dilakukan dengan sungguh-sungguh
dan serius karena pengabdian selalu meminta kesediaan berkorban. Tetapi kita
tahu: pengorbanan untuk sebuah idealism adalah juga kebahagiaan jika ia
dimotivasi oleh cinta. Inilah yang memampukan kita mengatasi masalah kerja apa
saja dengan tenang dan mantap, sehingga kita bisa menunjukkan loving devotion
atau loving dedication pada keluhuran pekerjaan kita.
Etos 6: Kerja adalah Seni;
Aku Bekerja Cerdas Penuh Kreativitas, apa pun
yang kita kerjakan mengandung unsur keindahan, keteraturan, harmoni dan simetri.
Artinya, sebagian atau seluruhnya bekerja adalah aktivitas berkesenian. Kerja
adalah kegiatan artistik yang mendatangkan kesukaan yang bersal dari
aktivitasaktivitas yang kreatif, eksploratif, dan interaktif. Juga, karena
selalu ada suasana penuh tantangan, maka ia memungkinkan sense of
accomplishment. Ini menuntut pula penggunaaan kreativitas, baik dalam
menyelesaikan masalah-masalah kerja tersebut maupun ketika menggagas hal-hal
yang baru. Kreativitas juga dituntut dalam rangka peningkatan mutu pekerjaan
pada semua aspeknya. Bekerja dalam modus berkesenian memungkinkan mengalirnya
sukacita seperti anak kecil yang menemukan mainannya, sehingga kita pun akan
tenggelam dalam keasyikan kerja yang positif dan produktif. Aktivitas seni juga
memperkuat karakter vitalitas, yaitu semangat hidup yang menyala penuh
kegairahan. Kerja yang dilakoni penuh kesukaan membuat kita dipenuhi dayacipta,
ilham baru, kreasi jenius, dan gagasan inovatif. Karya-karya inovatif,
produk-produk kreatif, dan pagelaran-pagelaran artistik selalu mengagumkan hati
karena ia manyapa dan menggetarkan jiwa manusia yang sejatinya juga kreatif dan
artistik. Sang Maha Kreatif menganugerahi kita dengan potensi kreatif dan artistik untuk direalisasikan melalui
semua aspek pekerjaan kita.
Etos 7: Kerja adalah
Kehormatan;
Aku Bekerja Tekun Penuh Keunggulan, Kerja
sebagai kehormatan memiliki lima arti. Pertama, pemberi kerja menghormati kita dengan
memilih kita sebagai pengemban tugas. Kedua, kerja memberikan kesempatan untuk
berkarya dengan kemampuan sendiri. Ketiga, hasil karya yang baik memberikan rasa
hormat diri. Keempat, upah bekerja memampukan kita menjadi manusia sumber (resource
person) yang andal. Kelima, kesumberan dan keandalan itu memampukan kita
menyantuni keluarga, istri-anak-orang tua, sanak saudara, serta lembaga-lembaga
sosial pilihan kita. Maka respon yang tepat adalah menjaga kehormatan profesi
kita dengan bekerja sebaikbaiknya, secara optimal dan maksimal, dengan mutu
setinggi-tingginya. Jika kita mendapat order dari pelanggan, misalnya,
sesungguhnya pelanggan memberikan kehormatan untuk melayani mereka. Jika kita
menjaga kehormatan ini dengan mutu memuaskan, maka kehormatan berikutnya akan
kita peroleh lagi. Sebaliknya, kehormatan akan dicabut jika pekerjaan kita
asal-asalan atau ala kadarnya Bekerja unggul
dengan mutu tertinggi itulah kuncinya; yang berarti the best of its kind, superior,
excellent, yakni mutu yang hebat dan luar biasa. Dunia selamanya kekurangan
produk-produk bermutu, manusia-manusiabermutu, manajer-manajer bermutu,
guru-guru bermutu, menteri-menteri bermutu, dan presiden-presiden bermutu;
segalahal yang bermutu tinggi. Inilah basis keberhasilan di dunia kita yang
semakin sarat dengan kompetisi.
Etos 8: Kerja adalah
Pelayanan;
Aku Bekerja Paripurna Penuh Kerendahan Hati, Secara
moral, kemuliaan sejati datang dari pelayanan. Orang yang melayani adalah orang
mulia. Profesi yang melayani adalah profesi mulia. Sejatinya, semua pekerjaan adalah
bentuk pelayanan kita bagi para konstituen-klien-pelanggan yang sekaligus menegaskan
eksistensi pekerjaan kita. Melayani adalah pekerjaan mulia. Perawat melayani
orang sakit, kita sebut suster mulia. Ibu Teresa melayani kaum dhuafa India,
kita sebut bunda mulia. Ulama melayani umat, kita sebut para aulia. Menteri
kabinet–dalam bahasa Inggris minister adalah orang yang bertugas ’to
administer’ berarti melayankan–kita sebut jabatan mulia; karena menteri memang
dipanggil melayani rakyat dan negaranya. Dan sesungguhnya, apa pun pekerjaan
Anda, sepanjang halal, jika diusut hingga ke akarnya, sesungguhnya eksis untuk
melayani konstituen-klien-pelanggan tertentu. Artinya pekerjaan Anda adalah aktivitas
yang mulia.
Di pihak lain, pekerjaan Anda harus
dimuliakan melalui pelayanan agar Anda pun menjadi insan mulia, yaitu manusia
pekerja yang berhati mulia. Ciri utama kemuliaan ialah karakter altruistik yang
berarti tidak mementingkan diri sendiri. Lebih dari itu, altruisme berarti
aktif berbuat kebajikan bagi orang lain, tanpa pamrih.
Dalam dunia yang semakin dikuasai oleh
materialisme dan hedonisme yang egoistic dewasa ini, etos melayani secara
altruistik menjadi sangat penting bagi kita, bukan saja sebagai strategi sukses
yang sejati, tetapi juga sebagai jalan utama untuk lebih memanusiakan manusia.
Dunia jelas mendambakan lebih banyak manusia mulia berjiwa melayani yang
berwatak altruistik dan rendah hati.
gallery.mailchimp.com/.../File_3_Nutshel_8EK_Pro...
Diringkas dari buku Jansen
Sinamo, 8 Etos Kerja Profesional.
Jakarta: Institut Darma Mahardika, Cetakan ke-10, 2011